PERAWAT DADAKAN

publish on: Senin, 26 September 2011
Share |
Shasa duduk bersila di ujung tempat tidurnya. Wajahnya terlihat serius. Tangan kanannya bergerak-gerak diatas selembar kertas putih yang ada di atas alas kayu. Tak lama kemudian tangannya berhenti bergerak. Dipandanginya wajah yang tergambar di kertas. Kok“ tidak mirip dengan mama, ya?” gumamnya. Diambilnya karet penghapus kemudian dihapusnya beberapa bagian dari gambar itu. Pinsil di tangannya kembali bergerak-gerak berusaha menyempurnakan gambarnya. Hoeekk“.. Hoeekk..” Shasa mengangkat kepalanya. Suara apa itu? Hoeekk“.. Hoeekk..” Suara itu kembali terdengar. Sepertinya itu suara orang sedang muntah. Arahnya dari kamar mandi yang letaknya bersebelahan dengan kamar Shasa. Disingkirkannya kertas dihadapannya. Bergegas Shasa keluar dari kamar. Sore ini hanya ada mama dan dirinya di rumah. Papa belum pulang dari kantor. Berarti yang sedang muntah- muntah di kamar mandi itu.. Mama! Maaa“..” Shasa mengetuk pintu kamar mandi. Tak ada jawaban. Dengan cemas, Shasa mengulangi ketukannya dengan lebih keras. Mamaaaa“…” tanpa sadar Shasa setengah menjerit. Rasa takut melanda hatinya. Aduhh.. kenapa mama tidak menjawab panggilannya? Diputarnya pegangan pintu kamar mandi. Terkunci! Aduhh.. Bagaimana ini? Bagaimana kalau mama pingsan? Mamaaaa“..” Kali ini Shasa benar- benar menjerit. Jantungnya terasa berdetak lebih cepat. Shasa benar-benar ketakutan. Digedor-gedornya pintu kamar mandi. Airmatanya sudah hampir menetes ketika pintu kamar mandi itu akhirnya terbuka. Mama berdiri disana dengan wajah pucat dan basah. M“..a.. Ma.. Mama kenapa?” Shasa bertanya terbata-bata. Mama tidak menjawab, hanya memegangi perutnya. “Maag mama kambuh ya?”
tanya Shasa lagi teringat kalau mamanya punya penyakit maag. Kadang-kadang kalau penyakit maag mama kambuh, mama suka muntah-muntah. Mama melangkah keluar dari kamar mandi. Shasa meraih tangan mama. Duuhh… tangan mama kok dingin sekali? Dituntunnya mama ke kamar. Mama“ pusing ya?” tanyanya. Mama menganggukkan kepalanya kemudian membaringkan tubuhnya
di tempat tidur. Dengan sigap Shasa menarik selimut yang ada di ujung tempat tidur mama. Diselimutinya tubuh mama kemudian Shasa tertegun. Setelah diselimuti kemudian harus bagaimana? Otaknya berputar cepat. Oiyaaa.. Minyak kayu putih dan obat maag! Shasa melompat dari tempat tidur mama. Setengah berlari ia menuju tempat obat. Dibawanya minyak kayu putih dan obat maag ke kamar mama. Tak lupa segelas air hangat. Ma“, minum obat maag dulu ya?” katanya. Dilihatnya mama membuka matanya. Nanti“ saja,” jawab mama lemah. Bagaimana mama ini. Kalau Shasa sakit, Shasa harus minum obat tapi kalau mama yang sakit kenapa minum obatnya nanti saja? tanya Shasa dalam hati. Kalau“ begitu, perutnya dibalurin minyak kayu putih saja, ya, Ma?” Kata Shasa menirukan gaya mama kalau sedang membujuk dirinya. Nanti“ saja,” jawab mama lagi. Uhhh.. Minum obat, nanti saja, minyak kayu putih, nanti saja, bagaimana sih mama ini? Gerutu Shasa. Tentu saja Shasa cuma berani menggerutu dalam hati. Lehernya“ saja yang dibalurkan minyak kayu putih. Mau ya, Ma?” Shasa masih berusaha membujuk. Untungnya kali ini mama menganggukkan kepalanya. Dengan hati-hati dan penuh kasih sayang, Shasa membalurkan minyak kayu putih ke leher mama. Mama“ mau minum teh hangat?” tawarnya. Mama membuka matanya dan menatap Shasa heran. Memangnya“ Shasa bisa membuatkan teh?” Bisa“ dong,” jawab Shasa cepat. Masa’ membuat teh manis hangat saja tidak bisa sih, kata Shasa dalam hati. Bergegas Shasa menuju dapur. Sesampainya di dapur, langkahnya terhenti. Mama menyimpan teh dan gula di lemari yang ada di bagian atas. Bagaimana Shasa bisa membuka lemari yang tinggi itu? Shasa menjentikkan jarinya. Ditariknya kursi dari ruang makan. Dengan hati-hati, Shasa naik ke atas kursi. Diturunkannya kotak teh dan toples tempat menyimpan gula. Diambilnya cangkir lengkap dengan piring alasnya. Dengan hati-hati, Shasa menekan tombol dispenser. Lohh.. kok air panasnya tidak bisa keluar? Shasa memperhatikan tombol dispenser itu. Ooo.. baru Shasa ingat kalau tombol air panas itu ada kuncinya. Jadi kuncinya harus
dibuka dulu baru air panasnya bisa keluar. Nahh.. sekarang sudah beres. Setelah itu, dituangkannya satu sendok kecil gula. Dengan hati-hati diaduknya teh hangat buatannya dan dibawanya ke kamar. Ini“, Ma, tehnya diminum dulu,” kata Shasa. Dilihatnya mama menatap tidak percaya ke cangkir yang dibawa Shasa. Aduhh“.. anak mama pintar sekali,” puji mama. Shasa tersenyum bangga. Shasa gitu loh, katanya dalam hati. Mama menyeruput tehnya. Kelihatan nikmat sekali. Enak“ loh, teh buatan Shasa,” puji mama lagi. Pintu kamar terbuka. Papa berdiri disana. Heran melihat mama yang sedang minum teh hangat di tempat tidur, gelas berisi air, minyak kayu putih dan obat maag yang ada di meja kecil disisi tempat tidur. Ada“ apa ini?” tanya papa. Mama“ sakit, Pa,” lapor Shasa. Diceritakannya kejadian tadi. Mama
melengkapi ceritanya sambil tersenyum simpul. Hebat“ dong anak papa,” puji papa setelah Shasa selesai bercerita. Sudah“ bisa merawat mama.” Kita“ bawa mama ke dokter saja yuk, Pa,” usul Shasa. “Nanti kan bisa
dikasih obat sama dokter.” Mama“ bukan sedang sakit maag kok,” papa menenangkan sambil tersenyum. Lohh“.. kok tadi muntah-muntah?” tanya Shasa heran. Mama“ muntah-muntah bukan karena sakit maag tapi karena sebentar lagi Shasa akan punya adik.” Kedua mata Shasa terbelalak. HAH“?! Punya adik?! Maksud papa.. mama sedang.. hamil?” Papa tersenyum lebar. Diciumnya pipi Shasa. Iya“, di perut mama ada adik Shasa.” Shasa hanya bisa menatap papa sambil bengong. Punya adik?!


May... Read More About
Thanks Dah Mampir

masih 0 komentar untuk PERAWAT DADAKAN

Posting Komentar

Arsip Blog

Cari Arsip Blog Ini

Pengikut

Mengenai Saya

wangayo,tolai, palu,sulawesi tengah, Indonesia
anak asli wangayo conkz
Powered By Blogger

Daftar Blog Saya

#top I powered by blogger.com