AYAH SI BURUK RUPA bagian 1
publish on: Sabtu, 24 September 2011
Selama ini aku selalu berhasil melarang Ayah datang ke sekolah: mengantar, menjemput, atau untuk keperluan lain. Tentu saja aku tidak terang-terangan melarang. Aku punya cara supaya Ayah tidak merasa aku larang ke sekolah. Seperti musim pengambilan rapor kemarin dulu, misalnya. Ibu“ saja yang mengambil rapor, Yah. Ayah kan‘ capek,” kataku ketika itu. Tapi“ besok kan‘ Sabtu. Ayah libur, tidak ke mana-mana.” Setiap“ hari Ayah kan‘ kerja, cuma libur hari Sabtu dan Minggu. Jadi, Sabtu dan Minggu jatah Ayah duduk manis di rumah, baca-baca, nonton tivi, atau siram-siram bunga. Tenang saja, Yah. Dijamin, pokoknya raporku keren,” kataku mencoba melarang‘’ Ayah ke sekolah. Oke“, deh,” jawab Ayah dengan gayanya yang khas. Yes“!” aku berteriak dalam– hati, tapi-- sambil mengepalkan tangan. Kadang-kadang aku suka merasa berdosa karena sering menghalang-halangi Ayah ke sekolah. Habis, aku harus bagaimana. Kalau Ayah ke sekolah, semua temanku akan tahu penampilan ayahku tidak cool seperti ayah mereka. Bukan karena tidak bisa berdandan, tapi karena Ayah memang tidak menarik, baik wajah maupun postur tubuhnya. Sudah tidak tampan, kurus pula.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
masih 0 komentar untuk AYAH SI BURUK RUPA bagian 1
Posting Komentar